Selasa, 17 Maret 2015

PEMANFAATAN SISTEM PERPUSTAKAAN TERINTEGRASI

Berbicara tentang Perpustakaan yang terlintas hanya sebuah buku yg terpikirkan, entah itu kuno, monoton atau kebosanan. Namun dizaman yang berkembang seperti ini sudah tidak ada lagi pemikiran negatife untuk perpustakaan. Teknologi yang digunakan perpustakaan pada saat ini mungkin yang dicari oleh semua masyarakat, lebih mudah mengakses, kenyamanan, dan difasilitasi berbagai bentuk yang modern. Dengan berubahnya pemikiran tentang perpustakaan, ada sistem yang memang dilakukan oleh perpustakaan yaitu Sistem automasi perpustakaan.
 Sistem automasi perpustakaan sering disebut dengan Sistem Perpustakaan Terintegrasi (Integrated Library System) sering juga diistilahkan dengan penggunaan teknologi informasi pada perpustakaan, di mana kegiatan perpustakaan dilakukan dengan menggunakan teknologi informasi. Integrated Library System  yaitu sistem open source yang juga bebas download dan digunakan oleh institusi manapun untuk pengelolaan library information system.
Menurut Supriyanto dan Muhsin (2008: 13) berpendapat, “penggunaan teknologi informasi dalam kehidupan sehari hari mempermudah pertukaran informasi dan data antar wilayah sehingga penyebaran pengetahuan menjadi begitu cepat. Kemajuan paling terlihat adalah pada penggunaan teknologi informasi dalam proses pengelolaan data menjadi informasi menjadi cepat dan dilakukan secara otomatis”.
Sistem Perpustakaan yang Terintegrasi  ini Sistem Informasi Tunggal yang berbasis komputer yang mampu  melakukan tukar menukar informasi dari satu  modul ke modul lainnya dan Sistem. Sistem otomasi yang baik bermulai dari sistem pengadaan bahan pustaka, pengelolaan bahan pustaka, sistem pencarian kembali bahan pustaka, sistem sirkulasi, keanggotaan, pengaturan hak akses keanggotaan, Pengaturan denda keterlambatan pengembalian, sistem booking, dan sistem reporting aktifitas perpustakaan dengan berbagai parameter pilihan yang dilengkapi dengan barcoding.Perpustakaan yang Terintegrasi dikenal dengan sebutan Otomasi Perpustakaan.
            Otomasi Perpustakaan sudah dikenal luas oleh masyarakat, apalagi sudah banyak perpustakaan maju yang menggunakan Otomasi Perpustakaan tersebut. Dengan berkembangnya informasi, Otomasi perpustakaan ini sangat dibutuhkan sekali dapat  membantu pekerjaan pustakawan atau pegawai perpustakaan menjadi cepat dan efesien. Dengan demikian pustakawan mempunyai waktu lebih untuk memikirkan perkembangan perpustakaan, karena pekerjaan yang biasa dilakukan sudah diambil alih oleh komputer.
Seperti yang sudah dijelaskan Otomasi Perpustakaan menurut Hassan Nur (2007),  bisa diartikan sebuah proses pengelolaan perpustakaan dengan menggunakan bantuan teknologi informasi (TI).
Siregar (2004: 5) berpendapat, untuk pengembangan teknologi informasi di perpustakaan dapat melalui beberapa tahap yaitu komputerisasi perpustakaan, pengembangan koleksi elektronik, penyediaan sarana dari sumber internet dan koperasi dengan organisasi perpustakaan local dan luar negeri.
            Di Indonesia sendiri teknologi informasi perkembangannya begitu pesat, karena banyak manfaat yang memang di janjikan. Teknologi informasi diperpustakaan bermanfaat dalam mengelola informasi berbasis komputer demi kepentingan pemustaka seperti mempermudah proses penyimpanan informasi dan mendorong terjadinya pemustaka menganggap informasi merupakan kebutuhan utama.
Semakin canggih dan otomasi kinerja perpustakaan maka semakin maju perpustakaan itu. Alasannya sederhana dengan teknologi informasi maka akan lebih banyak yang dikerjakan dan dilayani. Menurut Supriyanto dan Muhsin (2008: 17)


REFERENSI
Irawan, Yudi (2011). Perancangan Sistem Informasi Perpustakaan Berbasis Web Application. Dari http://eprints.undip.ac.id/29549/1/yudi_eprints.pdf, 16 Maret 2015

Suhartika, I Putu (2004). Implementasi Informasi Informasi sebagai Usaha Peningkatan Mutu Layanan Perpustakaan. Dari http://www.pnri.go.id/MajalahOnlineAdd.aspx?id=46, 16 Maret 2015

Atyantama, Prominensa (2009). PEMANFAATAN TEHNOLOGI INFORMASI DI PERPUSTAKAAN. Dari http://atyapro.blogspot.com/2009/11/pemanfaatan-tehnolgi-informasi-di.html, 16 Maret 2015

Kurniasih, Yune (2011). HUBUNGAN OTOMASI PERPUSTAKAAN DENGAN PELAYANAN SIRKULASI PERPUSTAKAAN DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Dari http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_ktp_053592_chapter1.pdf, 17 Maret 2015

Hermawan (2008). Sistem Otomasi Perpustakaan. Dari http://pustaka.uns.ac.id/?menu=news&option=detail&nid=56. 17 Maret 2015

Budiman, Rosyid (2010). Perpustakaan Terintegrasi. Dari http://www.bpadjogja.info/file/692f93be8c7a41525c0baf2076aecfb4.pdf. 17 Maret 2015

Pramesti, Anggraeny (2014). Review Artikel Jurnal: Sistem aplikasi terpadu di Perpustakaan Akademik di Kuwait. Dari https://rainyren.wordpress.com/2014/04/19/review-artikel-jurnal-sistem-aplikasi-terpadu-di-perpustakaan-akademi-di-kuwait/, 17 Maret 2011



Abidah, Woro (2013). Otomasi Perpustakaan. Dari http://woroabidah.blogspot.com/, 17 Maret 2015






Jumat, 09 Januari 2015

PERPUSTAKAAN

Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.

Perpustakaan Nasional adalah lembaga pemerintah non departemen (LPND) yang melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang perpustakaan yang berfungsi sebagai perpustakaan pembina, perpustakaan rujukan, perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian, dan pusat jejaring perpustakaan, serta berkedudukan di ibukota negara.

Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diperuntukkan bagi masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, agama, dan status sosial-ekonomi.

Perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang diperuntukkan secara terbatas bagi pemustaka di lingkungan lembaga pemerintah, lembaga masyarakat, lembaga pendidikan keagamaan, rumah ibadah, atau organisasi lain.

 Referensi :

UU No.43 tahun 2007 Bab 1Pasal 1 tentang Perpustakaan

Sabtu, 08 November 2014

KRITIK ARTIKEL


WEB ENGINEERING FOR INTRANETS:
RETHINKING SOFTWARE ENGINEERING
Kritik Artikel

Edgar Weippl1, Ismail Khalil Ibrahim1, Wieland Schwinger1, Werner Winiwarter2

Diulas oleh: Putri Permatasari
Dosen Pembimbing: Ahmad Fauzie
Ilmu Perpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora

1) Software Competence Center Hagenberg 2) Electronic Commerce Competence Center Hauptstr. 99, A-4232 Hagenberg, Austria Siebensterngasse 21/3, A-1070 Vienna {edgar.weippl, ismail.khalil-ibrahim, wieland.schwinger}@scch.at werner.winiwarter@ec3.at



ABSTRAK


Setuju sekali dengan penulis yang menyebutkan rekayasa web adalah sebuah penelitian yang agak baru belum dieksplorasi dengan cara sistematis. Dalam tulisan ini menyajikan bagaimana metode dan model rekayasa perangkat lunak dapat digunakan untuk rekayasa web tanpa banyak adaptasi, menunjukan  tantangan  rekayasa web untuk beradaptasi rencana proyek dan manajemen perubahan  teknologi  yang  mendasar. Dalam pekerjaan sehari hari harus dipahami  rekayasa web sebagai kerangka kerja yang memberikan pelayanan yang berkesinambungan.



1.       PENDAHULUAN


Web telah berkembang menjadi lingkungan global menangani aplikasi yang berkisar dari skala kecil dan layanan berumur pendek untuk aplikasi perusahaan skala besar didistribusikan melalui banyak situ. Para penulis memberitahukan bahwa perusahaan  menggunakan web untuk melaksanakan proses bisnis bagi karyawan untuk berkomunikasi dengan pasangan mereka untuk menghubungkan dan mengintegrasikan sistem mereka. Para penulis saat ini meneliti yang berkonsentrasi pada teknologi berkomponen model dan arsitektur untuk aplikasi web secara khusus dan daerah strategis yang sama, dan aspek keamanan dalam perusahaan berbasis web. Para penulis juga menanggapi perbedaan utama antara inter, intra dan ekstranet sebagai  penonton. Internet adalah sebuah web eksternal sedangkan  internet adalah web internal yang hanya bisa diatasi dari pengguna dalam perusahaan. Ekstranet dapat digambarkan sebagai “campuran internet public dan internet tertutup. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran indikatif atas teknologi rekayasa perangkat lunak yang telah berbukti berguna untuk rekayasa web. Para penulis juga menunjuk penelitian yang sedang berlangsung berurusan dengan perbaikan masalah teknik yang ada.
Melihat tujuan dari penulisan ini saya setuju dengan pendapat para penulis bahwa web sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk  pekerjaan karyawan sehari-hari. Karena perusahaan tidak akan jalan secara baik jika tidak menggunakan jaringan tersebut dan akan susah untuk berkomunikasi. Namun akan berbeda tujuan jika karyawan perusahaan memanfaatkan web bukan untuk pekerjaan perusahaan. 


2.         WEB ENGINEERING
Sudah banyak yang  menyadari  bahwa sudah waktunya memperkenalkan standar rekayasa dalam proyek Web. Karena penulis menyatakan jumlah dan kecanggihan aplikasi berbasis web ada alasan untuk kekhawatiran yang sah tentang cara di mana mereka diciptakan dan kualitas jangka panjang mereka integritas. Penulis juga memberitahu bahwa rekaysa web berkaitan dengan membuat dan menggunakan prinsip-prinsip ilmiah, teknik dan manajemen yang baik untuk mengembangkan aplikasi berbasis web. Penulis juga mengikuti definisi Conallen tentang aplikasi Web menjadi “system Web (Web server, jaringan,HTTP,browser) di mana input pengguna berpengaruh terhadap keadaan bisnis”.
Sebenarnya penulis tidak perlu untuk menciptakan banyak model berbasis Web dengan menggunakan teknik yang sudah ada yang telah dikembangkan untuk perangkat lunak berorientasi dan berbasis komponen. Tetapi penulis berbeda pemikiran bahwa rekayasa perangkat lunak atau  teknik Web bisa mengkhawatirkan  karena hanya memberikan pelayanannya saja dari pada produk.

2.1.    Aplikasi untuk Rekayasa Web
Penulis menyarankan sebelum  melihat lebih dekat pada rekayasa perangkat lunak, kita harus tahu mana jenis aplikasi yang mungkin kita akan hadapi dalam  internet. Kemudian dapat membandingkan langkah rekayasa yang dibutuhkan orang-orang dari proses rekayasa perangkat lunak “tradisional” yang sesuai.
Selanjutnya penulis menceritakan  internet dibutuhkan  untuk melaksanakan proses bisnis. Intranet  menjadi mudah diakses, mengintegrasikan manusia, proses dan informasi. Oleh karena itu penulis menyimpulkan Intranet adalah alat dan model untuk sebuah organisasi proses yang efesien. Ini universal titik akses untuk semua informasi strategis yang sering disebut sebagai jaringan informasi perusahaan dan akan membantu meningkatkan tujuan organisasi.

2.2.     Meninjau Rekayasa Perangkat Lunak
Menurut penulis software engineering mencakup semua topik utama yang terkait dengan arsitektur perngkat lunak : arsitektur software kualitas, gaya arsitektur dan memungkinkan konsep teknis, bahasa deskripsi arsitektur, pengembangan produk, dll. Penulis menjelaskan rekayasa perangkat lunak lebih dari kumpulan alat dan teknik. Masalah ini  menyangkut organisasi yang kompleks melibatkan banyak orang dengan berbagai latar belakang pendidikan dan professional. Oleh karena itu penting untuk mengikuti cara standar untuk mengembangkan perangkat lunak. Model untuk mengevaluasi proses rekayasa perangkat lunak telah diusulkan CMM dan SPICE.
              Menurut penulis CMM (Capability Maturity Model) menjelaskan jalur peningkat evolusi dari proses yang belum matang ke yang matang. CMM sesuai untuk mengembangkan pekerjaan dengan organisasi yang lainya.
              SPICE (ISO 15504) di sisi lain penulis menjelaskan SPICE menyediakan kerangka kerja untuk menilai proses pengembangan perangkat lunak. SPICE mungkin  menjadi pilihan terbaik jika ada yang terlibat dalam pemeliharaan serta dalam pembangunan. Hal ini cocok untuk sebuah organisasi kecil yang perlu dapat menunjukkan hasil dari upaya perbaikan.

2.3.    Transisi dari Rekayasa Perangkat Lunak Rekayasa Web
Pada bagian ini penulis memfokuskan bagaimana kita dapat menggunakan pengetahuan yang ada dalam rekayasa web.


Menurut Powell beberapa aspek berikut membuat Website yang berada dari perangkat lunak :
1.       Website akan terus menjadi dokumen yang memiliki halaman statis.
2.       Situs web berfokus pada “tampilan dan nuansa”. Hal ini berlaku untuk situs internet yang sering didorong untuk tujuan pemasaran.
3.       Rekayasa Web adalah lebih banyak konten yang didorong.
4.       Web ini lebih sulit diprediksi dan tidak juga dipahami sebagai perangkat lunak.

2.3.1 Kadar & struktur arsitektur yang   dihasilkan
                Penulis menjelaskan sebagai UML notasi yang sangat umum hal ini jelas diinginkan untuk model proyek Web dan juga UML. Conallen mengusulkan untuk membuat dua model terpisah: satu yang mencerminkan persepsi klien dari aplikasi Web, yaitu satu set HTML hyperlink, dan model lain yang mewakili pandangan sisi server namun yang dijelaskan oleh penulis susah untuk dipahami.

2.3.2 Desain antar muka pengguna (User Interface Design)
                Penulis merancang UI (User Interface) bagian penting dari sebagain besar aplikasi aspek penting dalam rekayasa web. Penulis juga menyatakan kelemahan utama hampir disemua proyek Web kenyataannya bahwa pemodelan UI sangat sulit. Masalah utama penulis adalah notasi berbasis UML desain UI skalanya tidak baik dan sangat membingungkan. Menurut Pinheiro memodifikasi ‘kerangka presentasi’ pola desain dijelaskan oleh Gamma et al. tampaknya pendekatan ini menjanjikan menangani kekurangan ini.

2.3.3 Pelaksanaan (Implementasi)
                Setelah UI ada masalah  teknis yang harus diselesaikan. Web memerlukan beberapa control untuk menghindari Negara tidak konsisten dan kebuntuan. Informasi Negara tentang pengguna individu sulit untuk mempertahankan. Pengguna mungkin tidak mengizinkan cookie untuk ditetapkan.
                Menurut penulis alamat IP asli mereka sering disembunyikan di balik proxy atau halaman yang akan diambil dari cache dan jumlah pengguna sangat bervariasi dan seringkali sulit memprediksi dalam jangka panjang.
               
2.3.4  Pemikiran (Process assessment)
                Setuju sekali dengan pendapat penulis bahwa aplikasi web tidak dapat direncanakan bahkan dua tahun ke depan perubahan yang cepat dalam teknologi. Penulis telah menemukan model spiral, model meta,model ini memungkinkan untuk menggunakannya karena model ini berbeda pada berbagai tahap.
                Meskipun fleksibel penulis berpikir bahwa model spiral cukup berbahaya bagi manajer proyek yang memiliki sedikit pengalaman dengan proyek web. Penulis juga memungkinkan masalah ini timbul berbagai tahap tidak tepat didefinisikan dan didokumentasikan sebagai seluruh proses pembangunan akan cenderung berakhir kacau.
                Penulis menghindari hal ini, sangat penting untuk mengevaluasi proses ini. Penulis telah menemukan SPICE untuk menjadi alat terbaik untuk menilai proses rekayasa web karena proses perbaikan dengan mudah dilihat. Seperti disebutkan penulis sebelumnya, kerangka SPICE sangat cocok untuk organisasi kecil. SPICE membuktikan sangat efektif untuk menilai proses rekayasa web.

2.3.5 Jaminan Kualitas
                Penulis mengevaluasi kualitas aplikasi web dalah delapan dimensi yang diusulkan oleh Powell :
1.       Kebenaran (fungsional dan bebas dari kesalahan)
2.       Uji Kemampuan (Melawan Spesifikasi)
3.       Mempertahankan kemampuan
4.       Kemampuan Fiskal
5.       Kemampuan Reus
6.       Ketahanan dan kehandalan
7.       Efisiensi
8.       Dokumentasi

3.       KESIMPULAN   
Menurut penulis terlepas dari kenyataan bahwa situs internet dan intranet saat ini sudah direncanakan, dilaksanakan dan dipelihara dengan cara ad-hoc. Penulis juga yakin bahwa rekayasa web dimungkinkan dengan alat dan teknik yang sudah tersedia. Selain mengambil ide-ide yang diusulkan oleh para peneliti yang dikutip dalam makalah ini, desainer web harus mengubah  pola pikir mereka. 
                Dilihat dari pembahasan penulis bahwa isi yang disampaikan penulis menjelaskan internet sangat bermanfaat bagi perusahaan kecil dan besar dengan tujuan bisnis. Sangat mempengaruh besar dalam mengerjakan pekerjaannya, namun masih sulit dipahami metode yang dibahas oleh penulis dan bahasanya pun kurang dimengerti. Yang saya lihat di dalam isi artikel ini memfokuskan bagaimana kita menggunakan pengetahuan yang ada didalam rekayasa web. Di  zaman modern seperti ini sangat dibutuhkan sekali metode metode yang bisa membuat mudah pengguna untuk menjalankan internet.

4.       REFERENSI
[1] L. Bass, P. Clements and R. Kazman, Software architecture in practice. Addison-Wesley, Bonn, Paris, Reading, MA, 1999
[2] B.W. Boehm, “A Spiral Model of Software Development and Enhancement”, IEEE Computer, May 1988, 61-72
[3] G. Booch, J. Rumbaugh and I. Jacobson, The Unified Modeling Language User Guide. Addison-Wesley, Reading, MA, 1999
[4] P. Bourque and J.W. Moore, SweBok: Guide to the software engineering Body of Knowledge - A Stoneman Version 0.7. Joint IEEE Computer Society - ACM committee, http://www.swebok.org/, April 2000
[5] J. Conallen, “Modeling Web application architectures with UML”, Communications of the ACM, 42:63-70, 1999
[6] D.F. D'Souza and A.C. Wills, Objects, Components, and Frameworks with UML - The Catalysis Approach. Addison-Wesley, Bonn, Paris, Reading, MA, 2nd Edition, 1998
[7] P. Fraternali, “Tools and approaches for developing data-intensive Web applications: A survey”, ACM Computing Surveys, 31:227-263, 1999
[8] E. Gamma, R. Helm, R. Johnson, and J. Vlissides. Design Patterns: Elements of Reusable Object Oriented Software, Addison-Wesley, Reading, MA, 1995
[9] B. Meyer, Object-Oriented Software Construction. Prentice Hall, Upper Saddle River, NJ, 2nd Edition, 1997
[10] B. Myers and M. Rosson, “Survey on user interface programming”, Proc. CHI’92, p192-202, 1992
[11] J. Nielsen, The Difference Between Intranet and Internet Design. www.useit.com/alertbox/ 9709b.html, 1997
[12] Object Management Group. OMG Unified Modeling Language Specification, Version 1.3, June 1999
[13] P. Pinheiro da Silva and N.W. Paton, “User Interface Modeling with UML”, Proc. of the 10th European- Japanese Conference on Information Modeling and Knowledge Bases, p208-222, May 2000 
[14] T.A. Powell, D.L. Jones and D.C. Cutts: Web Site Engineering: Beyond Web Page Design. Prentice Hall, 1998
[15] The Spire Project Team, The SPIRE Handbook: Better, Faster, Cheaper Software Development in Small Organisations. The European Community, 1998